Menenggak Sepi

gambar dari http://photos.igougo.com/pictures-photos-p135368-Al_Agave_Tequila_Bottles.htmlOrang kadang lebih cerewet saat mabuk, mengatakan hal-hal yang lazimnya ditekan sebisa mungkin dalam benak ketika sadar: emosi terpendam, rahasia seumur hidup, pengalaman pedih…

Jumat malam lalu saya dan seorang teman setengah menyeret satu kawan yang lumayan sempoyongan seusai pesta ulang tahunnya. Dia minum terlalu banyak sloki tequila malam itu, tapi untungnya masih bisa berjalan kaki dari bar seberang kampus ke asrama kami.

“Tapi aku nggak mau pulang!” katanya setengah berteriak saat kami memasuki asrama. “Aku benci kamarku! Sempit, penuh tekanan, membosankan, dan sangat sepi, makanya aku selalu pasang musik kencang,” gadis cantik, cerdas, dan superseksi itu merepet.

Yang dia katakan sungguh persis seperti apa yang saya rasakan selama ini. Sepi itu terlalu akrab dengan kehidupan kami di sini. Ada saatnya sampai membuat saya terguguk di malam hari.

Setelah masuk kamarnya — dia masih cukup sadar untuk memberikan kuncinya pada kami — dan menyeret dia ke tempat tidur, kami melepas kedua sepatu botnya, menyelimutinya, lalu menutup pintu.

Den Haag, selamat pagi. Tolong jangan banjiri kami dengan sepi…

Komentar via Facebook | Facebook comments

← Previous post

Next post →

2 Comments

  1. haluu, ini ya peresensi buku EM, hehe..salam kenal!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *