(Hasil menyetir jauuuuuuuh ke Pondok Bambu demi berita, hiks, yang tak naik cetak besok karena warung sudah keburu tutup. Yah, salah saya juga karena kelupaan bawa charger ponsel. Tapi tenaaaang, ada investigasinya sih yang dimuati Majalah Tempo besok, baca ya…. Eh jadi bertanya-tanya, apa Satgas menggerebek Rutan Pondok Bambu gara-gara investigasinya turun di Majalah besok ya?)

———————-

Kunjungan Kejutan Untuk Ayin

Raut wajah Artalyta Suryani tidak bisa menyembunyikan kekagetannya. Minggu (10/1) malam, pukul 19.30, tiba-tiba ruangan yang ia tinggali sehari-hari di Rumah Tahanan Pondok Bambu kedatangan tamu istimewa.

Kali ini bukan rekan bisnis terpidana lima tahun penjara itu yang mampir ke kamar lega di lantai tiga bangunan kantor Rumah Tahanan. Tapi tiga orang dari Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum: Mas Achmad Santosa, Denny Indrayana, dan Yunus Husein. Ketiganya tak bermaksud berbisnis, tetapi melakukan pemeriksaan mendadak.

Pada jam itu, seharusnya semua tahanan di Pondok Bambu telah dikunci dalam selnya masing-masing. Tapi Ayin, sapaan akrab Artalyta, malam ini malah sedang sibuk dengan dokternya.

“Saya sakit,” ujarnya saat ditanya personil Satuan Tugas. Tetapi agaknya sakit perempuan berwajah mulus tersebut tidak separah itu hingga harus ditangani dokter di Rumah Tahanan malam ini juga.

Kartu nama si dokter yang diperoleh Satuan Tugas membuktikan sakit Ayin tak istimewa. Di kartu tertulis nama dokter Hadi Sugianto, ahli laser kosmetik dari Klinik Spesialis Tribrata.

Ayin sendiri terlihat rapi dengan blazer abu-abu dan celana hitam. Bandana merah nangkring di jidat dia, menahan rambutnya agar tak mengganggu proses perawatan kulit.

Lantas lihatlah kamar Ayin: luasnya tak kurang dari 80 meter persegi, disekat menjadi dua bagian, dan berpendingin udara. Seperangkat sofa kulit hitam, meja yang menampung sederetan toples kue, dan televisi diletakkan di area ruang tamu. Di bagian belakangnya, ada boks bayi, kasur kecil, dua kereta dorong bayi, serta boks dipenuhi bola plastik untuk bermain bayi Ayin, yang datang tiap hari ke sana. Alat dapur lengkap, mulai dari blender hingga kulkas, juga tersedia.

Ayin mengaku ruangan itu digunakannya untuk menerima rekan bisnisnya. Kamar itu juga dipakai untuk membimbing penghuni Rumah Tahanan mengerjakan kerajinan tangan. Memang terlihat belasan bungkus plastik berisi tas dan hiasan yang terbuat dari mote (manik-manik).

Sel asli Ayin terletak di pojok luar Blok Anggrek. Meski kecil, sekitar 15 meter persegi saja luasnya, kamar ini pun istimewa. Tempat tidur pegas (springbed) ukuran ratu (queen) dan televisi layar datar menyesaki ruangan. Udara terasa sejuk berkat pendingin udara yang tersembunyi di dalam lemari.

Ayin menyebutkan tinggal berdua dengan seorang narapidana lain. Namun rekan sekamarnya tak ada di sel saat rombongan Satuan Tugas datang. “Tolong panggilkan (rekan sekamarnya), saya tadi bilangnya di kamar ini berdua,” kata Ayin dengan nada gelisah kepada penjaga Rumah Tahanan. Tak lama Asmiyati, narapidana yang ternyata bertugas sebagai pembantu Ayin, baru muncul.

Bukan cuma Ayin yang mendapatkan fasilitas mewah di Rumah Tahanan. Ada pula Limarita alias Aling, terpidana kasus narkotika yang divonis seumur hidup di Mahkamah Agung. Aling kebagian kamar lebih luas ketimbang Ayin.

Terletak di lantai dua bangunan kantor, ruangan sekitar 100 meter persegi yang ditempati Aling diakunya sebagai ruang Dharma Wanita. Fasilitasnya lebih cihuy daripada kamar Ayin, dilengkapi dua set pengeras suara canggih. Ada ruang karaoke dengan kertas pelapis dinding bunga-bunga hitam putih di sana. Dua mikrofon tergeletak di meja saat Satuan Tugas berkunjung.

Darmawati Dareho, bekas Kepala Bagian Tata Usaha Distrik Tanjung Priok Departemen Perhubungan yang divonis tiga tahun penjara dalam kasus dugaan suap kepada anggota DPR Abdul Hadi Djamal juga kebagian perlakuan khusus. Sehari-hari ia dan dua penghuni lain menempati kamar berukuran sekitar 15 meter persegi di luar blok Anggrek. Juga berpendingin udara, dilengkapi televisi, pemutar DVD, dan tiga kasur lipat.

“Cuma untuk menerima tamu. Kalau sudah sore, kami kembali ke (sel tahanan) dalam blok,” kata Darmawati saat dipanggil untuk ditanyai. Tapi udara di dalam ruangan itu masih terasa dingin saat Tempo menengoknya.

“Pak (Denny) Indrayana, dapat salam dari Pak Jhonny Allen,” ucap Darmawati sambil berjalan kembali ke selnya. Jhonny Allen adalah mantan Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR yang terlibat pula dalam kasus suap yang melilit Darmawati.

Ayin, Aling, maupun Darmawati tak mau mengungkapkan berapa banyak yang dirogoh dari koceknya untuk mendapatkan keistimewaan tersebut. Yang jelas, sel tahanan mereka saja sudah jauh berbeda dengan sel tahanan lainnya. Di sel sebelah Darmawati, 23 perempuan berjejal dalam ruangan seluas 20 meter persegi. Dan tak satu pun dari mereka yang pernah ikut “dibimbing” Ayin untuk meronce mote.

Menurut Denny, perlakuan khusus yang diperoleh segelintir tahanan tersebut jelas melanggar aturan. Satuan Tugas meminta Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar menilai ulang (meng-assess) sistem lembaga permasyarakatan secara keseluruhan. “Kami sudah koordinasi, beliau bilang akan melakukannya secepatnya,” kata dia.

Mas Achmad Santosa menyatakan Satuan Tugas bakal pula merekomendasikan kepada Kementerian Hukum untuk memperbaiki sistem secara menyeluruh. Ia menambahkan, kunjungan mendadak ini diharapkan menimbulkan efek jera, bisa membuat lembaga permasyarakatan lain berbenah dan menghentikan praktek perlakuan khusus. Namun, tak tertutup kemungkinan Satuan Tugas melakukan inspeksi mendadak lagi.

Ketika datang, Satuan Tugas sebetulnya sempat tertahan di pintu gerbang Rumah Tahanan. Petugasnya menolak rombongan masuk karena tak ada surat pemberitahuan. Satuan Tugas baru bisa masuk setelah Denny menelepon Patrialis dan menyambungkannya kepada si petugas.

Kepala Rumah Tahanan Sarju Wibowo, yang datang sejam setelah Satuan Tugas muncul, tak mau berkomentar. Wajah pria yang baru bertugas setahun di Pondok Bambu itu tampak terus tegang.

Di ujung inspeksi, Satuan Tugas mendapatkan satu kejutan lain: ternyata Ayin memarkirkan satu mobilnya di dekat gerbang Rumah Tahanan, tiap hari. Seorang supir kabarnya setia menunggui mobil Toyota Avanza warna perak berplat B 1198 PFL yang siap dipergunakan untuk kepentingan Ayin setiap saat.

Komentar via Facebook | Facebook comments