Mindmap — peta otak? peta benak? — sebetulnya sudah lama beken, sejak dipopulerkan Tony Buzan.. er.. tahun 1974. Hm. Di Indonesia sih sepertinya baru kedengeran sekitar tahun 2000 ya? Atau mungkin saya aja yang telat, baru tahu pas jaman kuliah.
Yang jelas, waktu itu entah kenapa saya nggak antusias untuk memakai metode itu. Mungkin karena saya telanjur nyaman dengan metode mencatat linier yang kuno. Atau saya cuma malas, hahaha. Kalau pas kerja sih memang rada mustahil mencatat omongan narasumber pakai mindmap, soalnya mengutip mereka secara langsung berarti harus menggunakan kata dan kalimat sepersis mungkin dengan ucapannya.
Saya bersirobok lagi dengan mindmap sekarang. ISS sangat mempromosikan penggunaan peta benak itu, katanya efektif banget buat belajar karena sejalan dengan cara kerja otak yang tidak berpikir secara linear. Selama saya di sini, peta otak sampai disinggung di tiga kelas berbeda: academic skills, academic writing skills, dan ekonomi.
Setelah dipraktekkan, ternyata memang lebih menyenangkan dan bikin bahan kuliah makin nempel. Sayangnya, tulisan saya acakadut, plus saya nggak bisa menggambar dengan baik dan benar (dulu nggak rajin niru gambar Pak Tino Sidin sih, hihihi), jadi mindmap saya garing abis.. Jauh banget kelasnya dari Paul Foreman dan Austin Kleon (ya iyalaaaaah).
Beberapa hari belakangan, saya ngejar target belajar bahan kuliah Politik Global. Ini kelas yang paling nggak menarik dibanding dua kelas mata kuliah dasar lainnya, sosiologi dan ekonomi. Sebabnya, di kelas politik itu, satu dosen bosenin dan ampuh memancing kantuk, sedangkan yang satu lagi ngomongnya ke mana-mana dan bikin bingung. Jadilah bahan kuliah terbengkalai. Berhubung sebentar lagi ujian, saya harus ngebut belajar. Apalagi ujian di term 1A ini “nggak S-2 banget” karena harus ngapalin, nggak boleh buka buku, bukan makalah, dan harus tulis tangan selama dua jam ujian -___-
Hari ini entah kenapa saya menikmati sekali memetakan bahan bacaan itu, meski makan waktu ekstra lama karena saya memang lamban. Mungkin karena belajar di perpustakaan selalu lebih efektif ketimbang di kamar, apalagi netbook dan telepon seluler saya tinggal supaya nggak mengganggu konsentrasi. Saya paling suka empat dari sekian peta itu:
Lalu dari empat, ini favorit saya:
Leave a Reply