“Anda wartawan? Hidup Anda tak menentu? Rejeki buntu? Jangan khawatir, saya akan membantu Anda sesuai primbon… Ketik REG<spasi>AMPLOP kirim ke 8686”
Dua hari belakangan, dua teman yang berbeda mengirimkan pesan pendek itu. Sukses membuat saya tertawa. Amplop dan wartawan, apa iya sulit dipisahkan?
Godaan amplop alias jale konon ada di mana-mana. Bentuknya tak selalu amplop berisi uang tunai, tentu. Untuk isu yang lebih serius, duit yang siap mengalir juga lebih kencang, dan bisa dilakukan via transfer di bank. Dalam versi yang lain, suap juga bisa datang sebagai barang-barang mahal yang mustahil terbeli gaji jurnalis kere seperti saya.
Tidak semua kuat menolak. Beberapa terang-terangan meminta jatah. Tapi tidak semua juga mau terus-terusan menerima suap (saya masih percaya semua orang punya hati nurani). Saya berusaha memahami dan menghargai pilihan tiap orang, termasuk soal amplop ini. Hanya saja, mungkin karena saya terlalu sering dicekoki doktrin-doktrin yang mengagungkan integritas, hehe, saya selalu gagal menghargai para penerima amplop.
Selalu ada jalan yang benar, tapi selalu ada jalan yang mudah dan menggoda. Selalu ada pilihan. Semuanya selalu berpulang pada kemampuan kita mengelola diri.
Komentar via Facebook | Facebook comments
Leave a Reply