Pekan lalu untuk pertama kalinya saya masuk ke dalam Istana Bogor. Sebelumnya saya pernah ke sana, tapi cuma berkeliaran di halamannya.
Di Istana Bogor, yang banyak bukan cuma rusa, tapi benda-benda seni yang dikoleksi Soekarno. Patung-patung perempuan cantik, dan lukisan-lukisan yang juga didominasi potret gadis-gadis lentik.
Tak sedikit yang menggambarkan perempuan bugil.
Saya cuma bisa geleng-geleng kepala melihat patung-patung itu dipaksa berbusana.
Satu kawan bilang itu perintah istrinya Papa Smurf. Teman yang lain bilang patung itu berbaju sejak tahun 2007 lalu, saat ada Konferensi Ulama Sunni-Syiah.
Kata salah seorang staf Biro Pers Istana, praktek memaksa patung berkain itu dilakukan setiap kali ada acara di Istana.
Saya sedang tidak mood tanya-tanya lebih jauh karena beban liputan sedang tinggi (dan badan tak bersahabat). Yang terpikir cuma, siapapun pembuat kebijakan patung-harus-pakai-baju itu tak lain adalah vandal.
Serupa bangsa Vandal, yang doyan merusak hal-hal indah.
Saya bertanya-tanya, apakah patung-patung nudis tersebut harus berbaju dinilai mengundang birahi? Jika ya, betapa dangkal otak si pemaksa itu. Kasihan.
Saya sedih melihat patung-patung yang dipadamkan pesonanya itu.
——
maafkan kualitas foto yang buruk, diambil dengan kamera ponsel, sih 🙂
bukunya
benul itu saya saksi mata konferensi sunni-syiah tapi waktu itu mereka cuma dibalut kain batik bukan dibajuin kayak gituh, kayak liat anjing dipakein baju deh …