Ada dua hal tentang Lebaran kali ini yang berbeda dibanding tahun-tahun lalu.
Ritual mudik biasanya dimulai di Jogja. Dua atau tiga hari sebelum Idul Fitri, kami – aku, ibu, dan ayah – berangkat ke Bandung. Kota kembang itu adalah simpul pusat keluarga kami. Ibuku yang Sunda lahir dan dibesarkan di sana. Ayahku, Minang “murtad” (nggak suka pedas+pete+jengkol, nggak itungan dan nggak bakat dagang hahaha), juga besar di Bandung. Keluarga besar ibu dan ayah selalu berkumpul di Bandung saat Lebaran.
Kali ini aku tidak pergi dengan mereka dari Jogja. Kami langsung bertemu di Bandung. Setelah Lebaran, karena waktunya nanggung – dan juga karena magnetnya buatku sudah berkurang, aku nggak balik ke Jogja.
Selain itu, selama belasan tahun, salah satu (atau mungkin satu-satunya?) alasan aku semangat berlebaran adalah penghasilan tambahan yang lumayan, hehehe. Tapi tahun ini, aku nggak bisa lagi ikutan baris di golongan “penerima angpau” huhuhu.
Ah, yang jelas, tanpa terasa dua hari lagi Lebaran tiba. Teman-teman tersayang, selamat Idul Fitri ya. Aku mohon maaf untuk kesalahan, kekhilafan, ketengilan, atau kecentilan yang aku perbuat selama ini. Semoga kita bisa terus bersilaturahmi..
Leave a Reply