Dua malam lalu, band Sindikat Musik Penghuni Bumi (Simponi) sukses mengguncang International Anti-Corruption Conference di Brasilia, Brasil. Mereka bahkan bisa memikat Peter Eigen, pendiri lembaga antikorupsi global Transparency International, untuk ikut bernyanyi di atas panggung.
“On a wagon bound for market, there’s a calf with a mournful eye,” Eigen tiba-tiba naik pentas dan nimbrung bernyanyi bersama vokalis band itu, Rendi Ahmad, dalam penutupan konferensi dua tahunan yang dilaksanakan Transparency International tersebut, Ahad 11 November 2012 malam. Lagu Donna Donna, yang sempat menjadi pengiring banyak gerakan sosial di akhir 1960-an dan kembali populer di Indonesia saat menjadi musik pengiring film Gie, ternyata memicu Eigen nekat ikut manggung.
Rendi, pemeran Arai dalam film Sang Pemimpi, bersama empat rekan bandnya memang sukses menyihir lebih dari 1.500 aktivis antikorupsi yang bergabung dalam konferensi tersebut. Para partisipan, tua dan muda, ikut bernyanyi dan berdansa dengan lagu-lagu yang mereka bawakan, seperti Vonis yang memenangi kompetisi musik antikorupsi Fairplay, serta Bongkar dari Iwan Fals, One Life dari U2, dan Killing In The Name Of dari Rage Against The Machine. Melihat keberhasilan mereka meski tata suara panggung pas-pasan membuat saya makin bangga jadi orang Indonesia! *lap air mata terharu*
Seperti dalam konser di Global Youth Anti-Corruption Network Forum empat hari sebelumnya di Brasilia, kelima personel band mengenakan kaos almarhum Munir untuk mendesak pemerintah menuntaskan kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia itu. M Gamulya Berkah a.k.a. Mas Mul, penggagas Simponi sekaligus pemain angklung dan tamborin, juga sempat memakai kaos bergambar wajah Malala Yousafzai — remaja Afghanistan yang aktif mendorong pendidikan bagi perempuan namun ditembak dan sempat koma — dan menyatakan solidaritas untuk perjuangan gadis itu.
Mas Mul berharap kesuksesan mereka bisa menggenjot upaya penggalangan dana untuk tur Simponi yang berniat menyambangi 19 ribu pelajar di sembilan provinsi. Sepulangnya dari Brasil, Simponi merencanakan roadshow Penyuluhan Kejujuran dan Anti-korupsi ke 90 Sekolah, 19 Ribu Pelajar, 9 Provinsi dalam rangka memperingati sembilan tahun Hari Antikorupsi Internasional yang jatuh pada 9 Desember 2012.
“Idealnya kami perlu 300 juta rupiah,” ujarnya seusai konser. Menurutnya, tur tersebut penting untuk meyakinkan anak muda bahwa korupsi bukanlah pilihan dan remaja berperan penting bagi pemberantasan korupsi di masa kini dan masa depan. Gamulya mengatakan sumbangan dana bisa disalurkan ke rekening BNI 270087028 a/n LBH Jakarta. Sebelumnya, pada 2010, Simponi juga sempat melaksanakan tur di tujuh kota bersama Komisi Pemberantasan Korupsi, Indonesia Corruption Watch, dan clubSPEAK.
Komunitas musisi berlabel Simponi itu meraih posisi kedua dalam kompetisi musik antikorupsi global Fairplay. Band asal Mesir, Youssra El Hawary, memenangi juara pertama, sedangkan band dari Republik Demokratik Kongo, S3, berada di posisi ketiga. Ketiga band didapuk main di panggung di akhir Global Youth Anti-Corruption Network Forum dan International Anti-Corruption Conference.
Yuk, ikut urunan. Seberapa pun nilainya, kita bisa membantu Simponi meraih lebih banyak anak muda Indonesia untuk jadi generasi jujur!
Leave a Reply