Baru setengah tahun lewat tanpa saya berpeluh mengejar dan meracik berita di lapangan. Malam ini saya iseng membaca milis kawan-kawan jurnalis di salah satu bekas pos liputan. Seorang teman yang juga sudah tidak liputan di sana bilang dia kangen. Tiba-tiba saya pun disergap rindu…
Jadi jurnalis sejauh ini bagi saya adalah pekerjaan yang melelahkan, kadang menegangkan dan menyebalkan, tapi juga menyenangkan. Pas kerja, kerasa capeknya ngejar-ngejar narasumber, ngemper nungguin acara kelar, keki kalau pertanyaan nggak dijawab si narasumber, ribetnya transkrip wawancara, dimarahi narasumber, buru-buru nulis berita, belum lagi wajib memenuhi pesanan berita dari bos-bos di kantor… dan merenungi gaji yang nggak bakal bisa bikin kaya selama integritas terjaga, hahaha.
Tapi lelah itu ditebus dengan senangnya punya beragam teman wartawan, apalagi sistem rotasi di tempat kerja yang supercepat ketimbang media lain membuat saya selama tiga tahun mencicipi liputan di sektor riil, pasar modal, perbankan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Mahkamah Konstitusi, Istana Wakil Presiden, dan Istana Presiden. Dari deretan pos liputan itu saya juga mendapat pengalaman dan gosip segudang, plus legitimasi untuk merutuki para pengambil kebijakan (terutama di dua pos terakhir), bahan obrolan saat nongkrong bareng teman-teman di ruang pers, warung kopi, Kopi Tiam Oey, Melly’s, mengalay di Seven Eleven (idiiiih), atau sembari nunggu antrian di Inul Vista.
Saya berselancar di deretan foto dengan kawan jurnalis dan.. senyum terkembang mengenang suka ria di sela liputan (momen ketika lagi berduka sih tentu nggak dipotret kamera, hahaha). Masih dua tahun lagi harus berlalu hingga saya kembali meliput negeri sendiri. Saat itu, semua pasti sudah berubah. Semoga ke arah yang lebih baik.
Leave a Reply