Saya pulang ke Jogja. Tiga bulan sudah saya absen. Awalnya saya pikir saya tidak rindu rumah ataupun kota tempat saya dibesarkan. Tapi begitu saya menjejakkan kaki di tanah, eh, aspalnya… begitu saya menghirup udaranya dalam-dalam… begitu saya kembali ke rumah…

ah, saya rindu, rindu, rinduuuuu sekali!

Rumah yang lega, dengan udara bersih dan halaman rimbun. Kota yang ramah, nyaman-aman-lamban, di mana lebih dari separuh hidupku dihabiskan. Dan tentu saja, ada ayah dan ibu tercinta, keluarga kecilku yang akrab dan kruntelan.

Zona nyaman penuh kenangan.

Kota yang saya kenal (meski banyak lekuk-likunya hingga kini belum saya jelajahi), yang jujur dan tak menyesatkan. Jalan-jalan yang bisa saya tempuh dengan otonom, bebas, karena nyetir sendiri dan tak tergantung pada bis-bis jahanam.

Saya mengelilingi rumah dan Jogja, berputar-putar, menggali kenangan dan mencoba mengenali apa saja perubahan yang terjadi. Saya menyapa Madukismo, Bugisan, Pakuningratan, Kotabaru, Kampus, Mangkubumi, Tugu, dan tentu saja Malioboro.?

Saya bertemu sahabat-sahabat lama dan bercengkerama. Bertukar kabar sambil mengunyah makanan kecil, menyesap teh, mengenang masa lalu, dan saling mencela, bercanda. Menutup malam dengan bernyanyi bersama seperti orang gila… seperti dulu, jaman SMA.

Lalu datanglah Idul Adha. Dengan mendung membayang di langit Jogja, kami (aku, ibu, ayah, dan asisten ibu hehehe) berangkat ke alun-alun utara. Lalu gerimis dan hujaaaaan! Jamaah diminta pindah ke Masjid Agung, yang mungil dan tentu saja tak sanggup menampung ribuan orang. Situasi agak kacau. Tapi akhirnya shalat Id rampung juga. Seharian saya habiskan dengan keluarga…

Jogja, betapa pun aku menjauh, ternyata masih jadi kota tempat aku ingin pulang. Ya, aku akan datang lagi, dan lagi, dan lagi…

Komentar via Facebook | Facebook comments