…dan ternyata saya bisa bertahan hidup hari ini, hahaha.

Lebih dari 24 tahun, hari saya selalu diawali dengan sarapan (atau sahur, kalau bulan puasa) yang baik dan benar. Maklum, anak rumahan alias belum pernah ngekos. Paling tidak, ada cukup asupan karbohidrat dan protein — vitamin kadang ada kadang tidak — untuk modal saya sampai siang.

Siangnya, nyaris selalu makan siang. Nyaris selalu juga jadi saat makan dengan porsi (dan ongkos) terbesar di hari itu, hehehe.

Makanya saya selalu heran kalau tahu ada orang yang bisa nggak sarapan atau makan siang. Dan saya selalu membayangkan, saya pasti nggak bakal sanggup menjalani hari tanpa bahan bakar awal yang baik…

…sampai hari ini.

Gara-gara telat bangun pagi (lagi), saya memutuskan untuk tidak sarapan. Sewaktu berangkat, saya menemukan sebungkus Kit Kat dalam tas, yang saya syukuri setengah mati. Lumayan, Kit Kat saya lahap dalam perjalanan ke kantor. Meski tetap tak bisa disebut sarapan karena porsinya yang cuma secuil.

Di pos liputan saya yang baru, saya sibuk mengenali medan sembari pusing memikirkan apa yang bisa dijadikan berita. Jadilah cuma haus yang bisa dipuaskan di situ — dua botol teh saya habiskan tanpa sisa. Bahkan botolnya pun saya habiskan. Ah, itu sih berlebihan ya, hahaha.

Usai liputan, sekitar jam tiga saya ke kantor dan langsung mengunggah berita. Pikiran untuk beli makan saya singkirkan, karena tak lama lagi makan malam akan disediakan. Ini keputusan murni masalah duit, huhuhu.

Ya, saya ternyata bisa hidup tanpa sarapan dan makan siang. Perut saya juga tidak ribut menjerit. Tapi badan saya lemas seharian….

Besok-besok, saya harus bangun lebih pagi supaya sempat sarapan.

Komentar via Facebook | Facebook comments