Pekan lalu, nyangkut di Cikini. Sudah pernah ke Bakoel Koeffie, Cafe Au Lait, dan Vietopia. Ingin mencoba tempat baru, dan memutuskan mampir saja ke Dua Nyonya.
Tempatnya mungil, sempit memanjang, mungkin cuma 2,5 x 8 meter.
Menunya sekilas tampak kurang meyakinkan. Hahaha. Tanpa banyak bertanya, saya pesan Es Leci (Rp 18 ribu) dan Nasi Ikan Cakalang (Rp 29.750).
Es Leci datang duluan dan… betul-betul cuma es leci! Hihi. Enam buah leci kalengan dengan air dari kaleng itu, plus es. Saya langsung pesimis dan pasrah, seperti apa pula nasi ikan cakalang itu nantinya.
Mbak pramusaji datang dan… JRENG! Porsinya banyak betuuul! Cakalangnya besar, disajikan di wajan tanah liat kecil di atas anglo (yang cuma pajangan karena tak ada baranya). Di piring, bukan cuma nasi yang nangkring, tapi juga emping, sambal dabu-dabu, cah kangkung, dan bakwan jagung.
Mak… ini mah porsi buat dua orang!
Rasanya di luar dugaan. ENAK! Bumbu ikan cakalang meresap, asam pedas bercampur nikmat. Bakwan jagungnya hangat baru digoreng, renyah.
Tapi ya itu tadi, porsinya besaaar. Saya yang gembul ini saja nggak sanggup menghabiskannya 🙁
Saran saya, makanlah dengan seorang kawan, dan pesan satu nasi lagi. Mungkin bakal lebih nikmat.
Oya, restoran ini menempel pada toko batik lawas berlabel Dua Nyonya juga. Sayang saya datang terlalu malam, toko batik itu tutup pukul 20.00. Dari etalase kacanya sih, batiknya bagus-bagus (tapi sepertinya mahal).
Tulisan yang sama saya unggah pula di OpenRice.
Leave a Reply