Mengharap imbalan, dan takut akan hukuman, saya pikir itu sangat manusiawi ya. Misalnya, belajar yang rajin, dapat nilai bagus, dipuji guru dan orang tua, lalu dibelikan baju baru. Liputan yang giat, mengejar nilai A dan bonus tahunan. Atau pulang ke rumah cepat-cepat supaya tak dihardik orang tua (yang bisa menyebabkan subsidi bulanan disunat).
Mungkinkah karena Tuhan sangat mengerti sifat manusia, Ia menawarkan banyak transaksi buat kita?
Segunung emas, seribu bidadari, sepetak surga. Serenteng adzab, sejengkal neraka.
Yang kemudian jadi pembenaran akan tindakan, yang seringkali membuat saya muak.
Sama Tuhan kok itungan. Saya yakin Dia tidak butuh jual-beli dengan manusia. Bukankah Ia Maha Kuasa dan Maha Memiliki? Tapi manusia lah yang tak henti berharap (dan membuat-buat) imbalan dari transaksi denganNya.
Semoga saja kita bisa ikhlas berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan bukan karena ingin bertransaksi dengan Tuhan. Tapi karena kita sadar apa dampak baik-buruk perbuatan kita terhadap diri sendiri dan orang lain.
Saya yakin kita bisa. Bagaimana kalau kita memulainya sekarang?
Leave a Reply