(Bagian pertama ada di sini, bagian kedua di sana, bagian ketiga di situ.)
Menengok Jerman masa perang dingin tentu tak lengkap tanpa melihat sisa-sisa Tembok Berlin. Daripada ke Checkpoint Charlie, bekas pos jaga sektor Amerika Serikat yang dipenuhi turis, saya memilih ke East Side Gallery di Mühlenstraße dan Gedenkstätte Berliner Mauer di Bernauer Straße.
East Side Gallery ialah tembok sepanjang 1,3 kilometer yang pada 1990 dihiasi 105 mural oleh ratusan artis dari penjuru dunia. Salah satu yang paling beken adalah mural buatan Dmitri Vrubel, “Tuhan, tolong aku bertahan dari cinta mematikan ini” (Mein Gott, hilf mir, diese tödliche Liebe zu überleben). Mural satir itu menampilkan Leonid Brezhnev, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet, dan Erich Honecker, Sekretaris Jenderal Partai Sosialis Jerman Timur, berciuman. Sayang, saya tak sempat memotretnya.
Di ujung tembok, turis bisa mendapat cap masuk Jerman Timur di paspornya dengan membayar 1 euro saja, jauh lebih murah ketimbang 5 euro di Checkpoint Charlie.
Sedangkan Gedenkstätte Berliner Mauer adalah kompleks yang terdiri dari pusat dokumentasi, gardu pandang, taman memorial, dan sekitar 30 meter tembok lengkap dengan hamparan pasir coklat muda, menara jaga, kawat berduri, dan dua lapis tembok lagi di baliknya. Dari lantai kelima gardu pandang, pengunjung bisa melihat barikade yang dipasang Jerman Timur untuk mencegah penduduknya kabur ke Jerman Barat. Selama Jerman terpisah, setidaknya 128 orang tewas saat ingin melarikan diri melewati tembok Berlin.
Berlin dan Jerman kini sudah bersatu lebih dari dua puluh tahun. Sore itu, saya melintasi Potsdamer Platz dan melihat sederet tembok Berlin bersanding dengan reklame di sekelilingnya. Masa lalu Berlin selalu ada di tengah masa kini kota metropolitan itu.
bunga
Sebagian besar tembok Berlin sudah dihancurkan. Beberapa sisanya dihiasi mural dan bisa dilihat publik sebagai pengingat suramnya masa perang dingin.